Halaman

Jumat, 10 Februari 2012

Jeratan Rindu



Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku..
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa...

Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti..
aku hanya tungku tanpa api...


Kelok Hidup



Hari hari lewat, pelan tapi pasti..
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru..
Untuk sisa jatah umurku yang baru..
Daun gugur satu-satu..
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu..
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi..coba aku tengok kebelakang..
Ternyata aku masih banyak berhutang..
Ya, berhutang pada diriku..
Karena ibadahku masih pas-pasan..

Kuraba dahiku..

Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm..masih lebih besar duniawiku...


Ya Allah...
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?


Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku..


Astagfirullah…

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…

Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…


Ya Allah.. Ijikanlah..


Sutera Senja



Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa...
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku...


Bait Perbait

BAIT – BAIT SERPIHAN CINTA..


Angin lengangkan cemara yang menua diujung pandang, sementara embun masih memutih. Mendendangkan kidung dari bukit, tentang bayang-bayang yang memudar kemudian menghilang..menerbangkan angan yang semalam masih meliput, lagi-lagi embun masih memutih.. 

Akupun masih bertanya, tentang datangnya srigala yang menghadang beranda , tentang desah yang masih bergetar. Kaupun ikut bertanya kala malam menyilangkan tangannya diatas dinding gubuk kita, tentang cahaya timur, tentang tetesan airmata, sedang kuak fajar belum lagi nampak.. 
Kulalap dosa demi dosa setelah kusantap ribuan mentari yang begitu lezatnya menyengat ubun-ubun.. Dan gelombang laut berada diatasnya ..

Darahku menggelegak, perlahan lahan sang waktupun membaringkan ku dibujur kepapaan yang semakin menua. Tamu itu datamg tanpa uluk salam. Senyap yang hadir tiba-tiba sesaat kita sendiri patahan dayung ditengah segara, badai tiba menggerai kita..

 Desahan angin gugurkan daun daun sementara kau belum juga tiba, Mengulang kejemuan tempo hari.. Mentaripun bergegas, hingga semesta terasa beku..
Dengarlah dengkur laut yang tak pernah tidur sebagai irama degup jantungmu yang senantiasa limbur.. Cium bau nafasmu yang limbur sbagai rangka bibirku yang rekah senantiasa menanti nafasmu yang terukur..Mengisap nafas gelombang sbagai nafasku yang senantiasa pasang..

Tengoklah aku yang menyusuri tepian ini karena ku tau kau pasti akan tau langkahku tak punya arah yang pasti.. Saat kau eja kembali semua rangkaian kata yang pernah terbersit diujung benak yang teramat rapuh…

Kan terja kembali disini sebuah riwayat paling purba tentang Adam yang terusir tentang usia yang semakin menggigir, Diam aku mencintaimu dalam tidur ku menghargaimu dalam kalbuku barang sejenak.. Sementara angin berkesiur mengalunkan siklus diantara hari-hari yang panjang.. 


Perjalanan

Perjalanan tak berujung akan bermula kembali disini sementara resah datang menghardik sementara hati serasa cabik-cabik diantara sosok bayang dibalik kabut sepotong ampak yang menggenggam rahasia…
Bidak ini kulangkah pada bidang putih aku terkejut dg bayang yang kau ciptakan sendiri sedang melangkah surut tak mungkin lagi rupanya telah kau pasang jerat-jerat bertali dan haruskah aku melangkah ketepi mengelak dari petak yang setujui bersama…

Aku tak berani melangkah kepetak lain sedang kau kukuh berdiri di seberang sana usaikanlah permainan kita hingga disini sedang keengganan masih juga berupa bencana…
Sepotong bulan… 
Rimbun dedaunan menyalakan harapan.. Entahh kapan kicauan burung bersenandung dan desah petualang terbanting ditelan kehidupan… 
 
Larut malam disebuah persinggahan betapa aku merasa tua dan kelelahan sebagai Adam tempo hari telanjang dan tersia-sia mencari mencari suaka dan pengampunan… 
Langkahkan lagi keraguan ini menjejaki sebuah sisik menuju gubukmu,Akankah sampai sebelum kalimat kekasihku… Menganyamkan kembali kisah tempo hari untuk bekal hidup nanti…Perkenankanlah aku…

Beribu kata bermuara dimulut semesta dan kita bernama manusia menjadi kaum yang tersingkir menuju tegak dimega singgasana, menyimpan suara yang masih menyiapkan gelombang besar untuk membasuh kakinya yang bersih dan kini kita sudahi malam panjang yang sepi…
Akupun hadir diantara mereka, sebagai duta segalanya yang telah tertata dalam dada detikpun bergulir teramat lamban, begitu menyiksa.. Aku bergenang diatas dusta nestapa perjamuan pun usai dengan suatu penghianatan…

 Ku ucapkan selamat pagi pada alam, dan alam pun merendah berbisik, sekawanan burung yang terbang keselatan berpapasan angin yang melaju ke utara, Mereka ingin bangunkan masing-masing sarangnya yang diterak angin dan angin telah mengoyak-oyak ingin membasuh muka dengan linangan embun di daun-daun…

Tapi kabut tiba-tiba merendah kembali suara mereka riuh seperti suara rahib, keramaian stasiun, lalu lalang orang di jalanan kemudian membentuk kkor yang mengasyikkan, tubuhku kaku kedinginaan dan aku berseru pada mu wahai kekasihku yang angkuh sumber kenikmatan sgala zaman suaramu pun akan semakin parau…

Lagu angin semakin mendesau, akan mematuk kedua biji mataku dan mengoyak seluruh sanubariku sedang aku telah lama mengurung diri disini, dengan sepucuk senapan dan selembar sayap malaikat dibawah sang mentari pudar dan mega menyerpih suara mereka yang semakin mendekat sedang suaramu semakin menjauh, kubasuhwajah ini denagan air duka sang bunga mawar…


One More Time


I guess I did not know
I guess you did not know
That we are standing too close like this
We can’t really let this beautiful thing disappears
Now you will understand me

I’m sorry that I didn’t know the reason behind those tears
I’m sorry, now I’m right in front of you

One More Time One More Time
Can you return to my side once again?
I will always love you
I’ll never regret, I will only love you

I’m so foolish
For not knowing what’s inside your heart
It seems to be in pain
Without you I don’t happiness
Now I understand what love is

Thank you for teaching me about love
Thanks you, now I will know how to love you more

One More Time One More Time
Can you return to my side once again?
I will always love you
I’ll never regret, I will only love you
One More Time One More Time
I love you, I love you
Will you accept me again someday?
Please let me return it to you
The love you always gave me
Just hold my hand

Can You Hear Me, Now



In the end, we will eventually pass each other
Left behind the recollection to forget each other
Love the pain you left me
How will I be able to endure my grief?
Every day the bitter thoughts comes in
Falling in love with you was death and I did not regret the decision
When thinking about it, makes me want to go crazy
Cry as if nobody is around
Please don’t forget. Please don’t forget.
I am on/by your side
I love you, can you hear it?
Even though you can’t be by my side, this isn’t goodbye
Because the path you choose will make us meet again.
When thinking about it, makes me want to go crazy
Cry as if nobody is around
Please don’t forget. Please don’t forget.
I am on/by your side
I love you, can you hear it?
I will wait for you forever
Even if you have forgotten me~
Because of love, I will love you
Your tears, your loneliness, I will take them with me
Please don’t cry anymore
Even if the world makes you grief
I love you, can you hear it? 

Andai Saja

 

Suara-suara yang tersamar dulu..
Kenapa ia kembali..
Aku ingin merayap ketepi..
Tangan tangan menggerayangi..
Menangkap setiap jejak yg terus ada tanpa henti..
Mata mata berhenti dlm sebuah kubangan harapan..
Kosong, membelenggu, tak pasti..
Apa yang aku tahu bukan yang kumau..
Sayap-sayap memutus, jatuh merayap..
Hangus brsma angin semilir di tengah rimbun dedauan..
Tanpa asa,tanpa rasa, atau pun cinta..
Andai tak ada waktu itu tak akan terjadi..

Dan andai saja kau tak seperti sekarang..
Mungkin juga aku akan menghilang bersama dedaunan..
Akan jatuh ketika ia menguning diatas dahan bersama angin..

Aku terbang meninggi..
Dengan semilir yang dingin bersama rasa..
Aku hanyut dalam sebuah harapan hampa bersama air..
Terbawa kemana ia mengalir namun bersamamu..

Aku semakin kecandua..
Ingin selalu bersamamu bersama cinta ini..
Sesungguhnya bukan engkau yang ku ingini..
Dalam hati, fikiran,perasaanku..

Sekejap telah mnghipnotis aku..
Memenjarakan hatiku ke dalam cintamu..
Membenamkan khayalku ke dalam relung jiwamu..
Senyummu..
Segurat paras indahmu..
Seakan enggan branjak dari ingatanku..
Membentangkn samudera cinta dalam kalbuku
Kehadiranmu..
Menjadi anugerah terindah dalam hidupku..
Mengiringi dalam setiap langkah perjalananku..
Menjadi warna ceria di setiap hari''ku..


Mawarku


Mawarku..
Masih tertidur pulas..
Ingin rasanya aku memeluk dia dengan deras..
Dan membisikan sebuah kata tulus dan lugas..
Namun aku takut kau terbangun kala terdengar suaraku yang melas..
Mawarku..

Kan ku jaga slalu rangkaian indahmu..
Kan ku siram dengan cinta kasih sayangku..
Kelak kau tak menjamur dijiwaku..
Dan slalu bertahta dimahkota hatiku…

Mawarku..
Do’aku slalu temani langkahmu..
Jangan bersedih dalam dunia ini..
Karena aku slalu ada disisimu..
Meskipun raga ini tak ada dibumi…
Aku yang slalu mencintaimu dalam pagi maupun malam hari….




..Mengapa..

 

Mengapa aku terbakar..
Saat kau mencoba tersenyum untuk orang lain..
Mengapa aku berdebar..
Saat kau disampingku..
Mengapa juga aku bergetar..
Saat kau mencoba menggenggam tanganku..
Mengapa aku menghindar..
Saat kau mencoba meraihku..

Apa yang salah..??
Apa yang berbeda..??
Aku tak pernah coba untuk mengerti apa yang terjadi..
Disini..
Di dada ini..
Direlung ini..
Aku tak tahu kegalauan apa ini..
Apa itu cinta atau justru benci..

Jika cinta mengapa aku harus menghindar..??
Jika benci mengapa aku harus rindu hadirmu disini..??
Lalu sekarang apa yg harus ku cari.....????

..My Love..

 

You have this power over me,
This undescribable, undeniable, unmistakable power.

You consume my mind.
You invade my thoughts.

You are the ruler of my dream world.
You bring a smile to my face,..

A sparkle to my eyes,
And a tear to my cheek.

Your voice is like a sweet song,

I am hearing for the first time.
You take my breath away,

With the simplest things your lips utter.
You make me feel weightless,

As though I could float up,
And touch the heavens above.

You make me look at life through new eyes,

Eyes that have never seen the light of day,
...Until now.

I feel as though I am using all my senses,
For the first time,

And suddenly everything I once knew,
Is now unfamiliar to me.

You fill every cell in my being,

With joy, love and happiness.
You make me want to stand up,

And scream at the top of my lungs,
"I love you, more than words could say."

You make my heart soar,
Like a bird in flight.

But most of all...
You are you, and I love that.

It is this intense power you have over me,

Which gives me strength, hope, and new meaning.
You are my sun, my moon, my evening star,

My light, my life, my love.
You are my destiny.

You are "The One", 
The only one,

The man I love.


As I write this poem for you,
I find the words come naturally to me.

It's as if this pen is an extension of my heart,
And my heart is guiding it across the paper.

Every letter, every word, every stroke,
Is meant to be.
...As we are. 

 

Ya Tuhan...

 

Bagimu yang sendiri, malam ini adalah saat yang mungkin paling membuatmu sadar mengenai kesendirianmu.
Dekatkanlah hatimu kepada Tuhanmu, dan bisikkanlah ...
Tuhanku Yang Maha Penyayang,
...
Pasti Engkau mengetahui bahwa aku telah letih dalam upaya yang panjang dan berlarut merupawankan diriku, memaniskan senyum dan tuturku, menganggunkan tawa dan langkahku, agar aku sesuai bagi belahan jiwa yang baik.
Tapi ..., aku masih sendiri, menyaksikan mereka yang telah Kau anugerahi kekasih dan pasangan hidup, tapi saling mengkasari dan mengkhianati satu sama lain.
Tuhan, maafkanlah pertanyaanku ini ... Mengapakah Engkau mudahkan bagi mereka untuk menemukan kekasih dan pasangan hidup, padahal mereka tidak menghargai satu sama lain?
Mengapakah aku, yang dalam doa-doaku bertangis-janji kepada-Mu akan memuliakan belahan jiwa yang telah lama dan pilu kurindukan itu, ... mengapakah aku sendiri dan iri melihat betapa mudahnya orang lain menemukan belahan jiwa mereka?
Tuhanku, maafkanlah hatiku yang karena kerinduannya bertanya seperti itu, dan maafkanlah juga akalku yang nyaris lumpuh dalam kebingunganku.
Maka, ini yang ku mohon dari-Mu malam ini,
Sabarkanlah aku dalam penantianku, indahkanlah upayaku untuk tetap tampil menarik walau menyembunyikan kepedihan dari kesendirianku.
Dan semoga, Engkau menjatuhkan hatiku kepada dia yang hatinya terpaut indah kepadaku.
Dan semoga, Engkau merestui kesungguhan kami untuk menerima kekurangan satu sama lain, sebagaimana kami mensyukuri keindahan pribadi satu sama lain.
Dan semoga, Engkau menyatukan kami dalam pernikahan yang mesra dan setia, yang Kau anugerahi keturunan dan rezeki yang baik, dan yang panjang umur dalam kesejahteraan dan kebahagiaan.


...MAHAR, BINTANG DAN SENJA...

 

Satu perempuan...
Satu laki-laki...
Dan berdua mereka memperjuangkan cinta yang terkebiri.
Dalam selingkup tabir yang panjang membentang.
“Aku tahu, kita bukan pemilik Madukara,” perempuan berkata.
“Dan kau juga tahu, kita juga bukan pemilik Indraprasta,” laki-laki juga berkata.
Hanya sebuah istana kecil dengan tanah coklat sebagai halamannya.
Ditemani sebatang plumeria berbunga putih yang harum.
“Maukah kau terima maharku?” laki-laki meminta.
“Apa maharmu?” perempuan menantang.
“Bintang,” singkat laki-laki menjawab.
Lalu kedua tangan laki-laki terbuka. Beralaskan tangkup telapak tangannya, ada sinar putih di sana.
“Kau curi bintang sebelum ia bangun?” terbeliak mata perempuan.
“Bintang ini bertulis namamu. Sering kupandangi jika aku rindu, di tiap malam aku tak bisa menyentuhmu.”
Ada yang telah tertulis dengan pasti di sana.
Sebuah nama dan hanya mata laki-laki yang bisa melihatnya.
“Biar senja jadi saksi,” perempuan berbunga-bunga.
Harapnya membuncah pada laki-laki yang bisa melihat namanya dalam kerlip bintang.
Di pelataran gerbang itu, janji terucap, mahar diserahkan.
Baju putih mereka berdua mengombak ditiup angin.
Mengibarkan anak rambut dan menguarkan kasih hingga ke langit.
Satu momentum, untuk selamanya.
Tak ada saksi, tak ada sorak, tak ada tepuk tangan, tak ada jabat tangan.
Ini panggung mereka sendiri, dunia tak perlu tahu.
Toh, dunia tak akan mengangguk.
Hanya senja, bintang dan sepasang mataku yang mengabadikan.


....sebuah Ode buat mu yg jauh disana....
bila kelak kamu mampir ke Yogya, akan kubawa dirimu kesini, ke Gerbang Candi Ratuboko
dimana petikan ucap ini kutulis...
pandangi senja nan lalu.