Halaman

Jumat, 10 Februari 2012

Bait Perbait

BAIT – BAIT SERPIHAN CINTA..


Angin lengangkan cemara yang menua diujung pandang, sementara embun masih memutih. Mendendangkan kidung dari bukit, tentang bayang-bayang yang memudar kemudian menghilang..menerbangkan angan yang semalam masih meliput, lagi-lagi embun masih memutih.. 

Akupun masih bertanya, tentang datangnya srigala yang menghadang beranda , tentang desah yang masih bergetar. Kaupun ikut bertanya kala malam menyilangkan tangannya diatas dinding gubuk kita, tentang cahaya timur, tentang tetesan airmata, sedang kuak fajar belum lagi nampak.. 
Kulalap dosa demi dosa setelah kusantap ribuan mentari yang begitu lezatnya menyengat ubun-ubun.. Dan gelombang laut berada diatasnya ..

Darahku menggelegak, perlahan lahan sang waktupun membaringkan ku dibujur kepapaan yang semakin menua. Tamu itu datamg tanpa uluk salam. Senyap yang hadir tiba-tiba sesaat kita sendiri patahan dayung ditengah segara, badai tiba menggerai kita..

 Desahan angin gugurkan daun daun sementara kau belum juga tiba, Mengulang kejemuan tempo hari.. Mentaripun bergegas, hingga semesta terasa beku..
Dengarlah dengkur laut yang tak pernah tidur sebagai irama degup jantungmu yang senantiasa limbur.. Cium bau nafasmu yang limbur sbagai rangka bibirku yang rekah senantiasa menanti nafasmu yang terukur..Mengisap nafas gelombang sbagai nafasku yang senantiasa pasang..

Tengoklah aku yang menyusuri tepian ini karena ku tau kau pasti akan tau langkahku tak punya arah yang pasti.. Saat kau eja kembali semua rangkaian kata yang pernah terbersit diujung benak yang teramat rapuh…

Kan terja kembali disini sebuah riwayat paling purba tentang Adam yang terusir tentang usia yang semakin menggigir, Diam aku mencintaimu dalam tidur ku menghargaimu dalam kalbuku barang sejenak.. Sementara angin berkesiur mengalunkan siklus diantara hari-hari yang panjang.. 


Tidak ada komentar: